Minggu, 25 Januari 2015

Meet my coffee - Part 3

Sabtu ini sepertinya sungkan untuk menghadirkan matahari. Aku mengerti mungkin langit gelap memang sedang ingin merajai atmosfir. Membuat kota ini serasa memiliki keredupan yg tidak berujung. Akan tetapi cahaya sang bintang terbesar di tata surya tetap mampu menembusnya, sehingga hari yg gelap ini tetap memiliki sepercik lilin kecil untuk menemani ku berjalan menghampiri mu hingga bulan hendak berkunjung ke langit kota.

Tak seperti biasanya, hari ini aku bertemu denganmu di hari Sabtu. Entah mengapa aku lebih suka hari ini, meskipun keramaian kota sangat mengganggu telingaku untuk sekedar berbincang dengan kehangatanmu. Padahal biasanya aku dan kau sangat menghindari bising dan huru hara seperti ini. Entahlah, aku merasa ada yg lain.

Tegukan mu kali ini sungguh sangat berbeda. Padahal kau tidak ku taburi gula, tetapi kau terasa begitu sempurna. Syrup vanilla mu merasuk begitu larut, membuat rasa pahitmu kian memudar seiring kau melewati bibirku. Manis. Hanya itu yg terlintas di benakku. Aku tidak mengerti mengapa kehangatan ini begitu lain dan aku sangat terhenyak di dalamnya.

Aku sangat menikmati malam ini. Kau memelukku dengan sejuta caffeine mu yg membuatku tidak kian mengantuk. Kau menghadirkan rasa manis yang bahkan tidak aku harapkan datang. Suhu mu terasa pas saat mengecup bibirku dan tidak membuat lidahku terbakar sedikitpun. Kau seakan sedang menghujani aku dan membuat aku tenggelam dalam genangan larutanmu. Aku pikir aku sedang jatuh cinta, tapi memang biasanya aku selalu jatuh cinta kepadamu. Entahlah, tapi aku tidak merasa ragu.

Hey, jangan terlalu sering semanis ini karena aku takut berharap besar agar kau selalu seperti ini. Aku takut kehilangan, aku takut melewati malam, dan bahkan aku takut untuk tidur. Aku sungguh tidak ingin mengakhiri waktu yang panjang namun terasa seperti hanya beberapa detik ini. Dan rasanya aku ingin sekali menghentikan bumi dari putaran rotasinya. Apa menurutmu biasa saja kah? Karena aku merasakan hal yang berbeda. Atau hanya karena sifat pecandu ku terhadap dirimu? Mungkin iya.

Andai kau adalah hal yang bisa ku awetkan, aku akan meminta ahli farmasi untuk memberikanmu formalin agar kau tak kunjung membusuk untuk ku peluk. Tapi kau hanyalah secangkir kopi, yang harus diminum selagi hangat, karena akan basi setelah beberapa jam. Aku berharap kita dapat selalu seperti ini meski malam yang kita lewati akan selalu berakhir. Semoga kita selalu dapat menyempatkan waktu untuk sekedar duduk bersama dan berbagi senyum. Terimakasih untuk kesempurnaan malam ini.

Sampai jumpa lagi my dearest coffee. Oh, ya kau tidak sendiri malam ini :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar