Kamis, 15 Januari 2015

Jika

Hey, tinggal lah meski hanya semalam saja. Jika kau ingin aku akan menunjukkan bagaimana mimpi ini bisa diciptakan dan Tuhan meletakkan wajahmu di sana. Aku sudah lama menunggu, menunggu untuk waktu yang lama untuk merindukanmu. Dan aku tidak bisa membayangkanmu dimanapun terkecuali disini.

Bagaimana bisa semua ini membuatku terlalu jujur di hadapanmu? Kau membawa pergi seluruh keangkuhan ku dan membuatku terjatuh semenjak pertama kau melontarkan kata. Membuat tempat tidur ini seakan tidak berguna karena aku tak kunjung memejamkan mata.

Jika mereka bilang cinta adalah selamanya, tapi yang aku hanya butuh "selamanya" yang kau miliki. Jika aku tau bahwa cinta adalah maya, tapi memeluk dan menciummu adalah nyata bukan? Dan jika rasa nyaman adalah kesemuan, tapi berharap terbangun di tengah malam untuk sekedar menyelimuti tubuhmu yang kelelahan adalah impian bukan?

Jika setiap burung saja bisa berterbangan bebas dan kembali ke sarang yang sama untuk sekedar menghangatkan anak-anaknya yang berharap bisa terbang bersama induknya, maka suatu saat kau akan mengerti mengapa aku masih saja duduk di bangku yang sama saat kau melangkah pergi dari tempat ini.

Jika aku berharap kau datang, aku bukan berharap kau memayungi aku yang terkena hujan karena terlalu lama duduk di bangku ini, tapi aku ingin menikmati hujan ini, di bangku ini, dengan melihatmu. Itu sudah cukup membuatku hangat dari rintikan air hujan yang mulai merasuki pori-pori kulit di sekujur tubuhku.

Jika aku memiliki kesempatan, aku ingin mengucap terima kasih kepadamu karena telah datang ke tempat dimana biasanya aku duduk meski kau tidak menoleh. Dulu kita terbiasa bersenda gurau disini, membicarakan hal-hal yang tidak penting, membuat lelucon yang kau pun sendiri tidak mengerti apa yang membuatmu tertawa dan membuat rindu yang pilu untuk diriku saat ini.

Jika ada yang bilang semua sudah terlambat, ya itu adalah aku. Aku adalah si dulu yang kau harapkan untuk tidak sekedar menyayangimu, tapi menghargai apa itu peduli dan sekedar cerita yang kau beri. Mungkin penyesalan sudah tiada berguna, tapi 10 tahun aku terbelenggu dalam presepsi ku sendiri dan keras kepala ku adalah kebodohan yang sangat aku sadari.

Jika hari ini aku melihatmu bahagia, aku sungguh sangatlah yang paling bahagia. Apa kau percaya? Aku sedang tersenyum sekarang karena aku pikir air mata sudah tidak pantas untuk menampakkan dirinya. Melihatmu menggenggam jemari-jemari kecil yang dititipkan Tuhan kepadamu. Padahal aku tau benar aku bukanlah yang menjadi perantara Tuhan untuk menghadirkan bidadari kecil itu.

Jika saja kau menoleh, mungkin aku akan menyapa juga menghampiri mu dan memeluk bidadari yang jari-jari kecilnya tak lepas dari genggamanmu itu. Mungkin untuk sekedar melepas rasa sesal yang menggelut ini. Aku harap aku bisa menjadi pria yang dipanggil "ayah" oleh bibir mungilnya dan dipeluknya saat dia merasa takut di malam hari ketika dia hendak tidur. 

Maaf untuk semua ketidak pedulian ku dulu. Aku sadar cinta bukan hanya sekedar memberi rasa dan sekarang aku menelan bulat-bulat rasa acuhku yang membuatmu pergi. Terimakasih sudah melintasi tempat ini. Putri mu cantik sekali.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar