Shiro, si putih gading yang selalu hinggap di sudut kamarku. Terdiam dan selalu menatap ku pilu ketika aku terlalu sibuk dengan urusan duniaku. Sabar yaa teman, aku sedang menata hidupku. Bersediakah kau menunggu? :)
Aku terbiasa bernyanyi bersamanya, kami selalu menjadi duet yang sangat kompak dan selalu beriringan. Suara kami menyatu bagai alunan harpa yang dipetik bersamaan dengan dentingan triangle. Tidak spesial, tapi bisa membuat yang mendengar terpaku dan terhenyak di dalamnya. Mungkin telah mati, entahlah hahaha
Tetapi kini kami jarang bersama, aku ingin sekali membunuh jarak yang menjadi seutas tali yang tidak terikat namun mampu memisahkan. Hampir setiap kali kami bertemu, tapi juga tak saling menyapa. Hampir setiap kali ia menemani ku tidur, tapi juga tak sempat aku peluk. Aku ingin sekali tapi aku sungguh sangat mengantuk setelah seharian aku melakukan kegiatan yang membuatku lelah dan diperdaya oleh waktu.
Waktu, bisakah kau memberi aku sepuluh menit tambahan hanya untuk memeluk dan bernyanyi bersamanya? Aku rindu ketika nada-nada merdu yang dulu kami lantunkan saling bergesekan. Aku ingin sekali menghapus debu yang kian menutupi tubuhnya yang sudah lama tidak aku genggam. Beri aku sedikit saja kesempatan, kesempatan untuk memperbaiki masa-masa yang sudah aku sia-siakan dan mungkin membuatnya lantas marah kepadaku karena aku begitu acuh.
Shiro, mengapa kau selalu berikan senyuman terbaikmu ketika aku hendak menghampiri dan bahkan tidak sempat untuk membelai wajahmu? Aku jadi merasa bersalah. Aku dulu terbiasa meluap penat dan tangisku kepadamu tapi kini untuk menoleh ke arahmu saja aku sudah tak sempat. Maaf. Aku memang bodoh karena aku selalu membuatmu menunggu untuk aku sapa.
Dan sekarang aku putar satu lagu yang biasa kita nyanyikan. Ah, sungguh membuat aku terlarut dalam rindu yang tidak bermuara ini. Kapan kita akan kembali bersenda gurau? Aku dengan pita suara ku yang aneh dan kau dengan dawai mu pada nada "D". Itu adalah sebuah nada awalan yang selalu menjadi andalan kita. Aku jadi teringat beberapa tahun lalu. Lucu adalah ketika kau harus bernyanyi sendirian karena pita suara ku serak karena terisak-isak. Aku bahkan membiarkan air mata ku terjatuh di pundak mu dan membuat dawai mu menjadi karat yang menyakiti jemari ku sendiri. Tapi kau tetap saja bernyanyi dan tak kunjung bosan hingga kau putuskan salah satu dawai mu. Dan membuatku terhenyak dalam kesunyian karena sebaiknya aku harus memperbaiki sesuatu. Ingatkah ? :)
Tunggu aku teman. Kita akan bersama-sama lagi dalam satu nada dan aku janji hari itu pasti menyenangkan! Oh ya, ini aku dan Shiro :)
Aku. Si pemilik Shiro.
Dan sekarang aku putar satu lagu yang biasa kita nyanyikan. Ah, sungguh membuat aku terlarut dalam rindu yang tidak bermuara ini. Kapan kita akan kembali bersenda gurau? Aku dengan pita suara ku yang aneh dan kau dengan dawai mu pada nada "D". Itu adalah sebuah nada awalan yang selalu menjadi andalan kita. Aku jadi teringat beberapa tahun lalu. Lucu adalah ketika kau harus bernyanyi sendirian karena pita suara ku serak karena terisak-isak. Aku bahkan membiarkan air mata ku terjatuh di pundak mu dan membuat dawai mu menjadi karat yang menyakiti jemari ku sendiri. Tapi kau tetap saja bernyanyi dan tak kunjung bosan hingga kau putuskan salah satu dawai mu. Dan membuatku terhenyak dalam kesunyian karena sebaiknya aku harus memperbaiki sesuatu. Ingatkah ? :)
Tunggu aku teman. Kita akan bersama-sama lagi dalam satu nada dan aku janji hari itu pasti menyenangkan! Oh ya, ini aku dan Shiro :)
Aku. Si pemilik Shiro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar