Mah. Begitulah engkau mengajariku untuk memanggilmu. Aku harap aku dapat melukis waktu yang telah kita lewati sehingga aku membuat kain kanvas bernafaskan tubuhmu. Bagaimana aku mengungkap kerinduan ini aku sangat bingung. Aku mungkin sungguh ingin dipelukmu, walau bumi tak mengijinkan. Perih.
Menggantikanmu mungkin sudah menjadi tugas keseharianku teruntuk kedua adik yang sangat aku cintai. Tak lupa untuk menghibur Ayah agar tak lagi meneteskan air matanya karena harus tidur beralaskan kesendirian. Tapi aku hanyalah aku yang tak mampu menjadimu. Maaf bila kinerjaku kurang baik, Mah. Aku akan selalu belajar.
Terkadang kau hadir mengobati luka rindu ini lewat alam tidurku. Sehingga aku terbangun dalam senyum yang sangat bahagia namun kian menyiksa. Karena aku sangat ingin tinggal di mimpi itu dan berharap kau membawaku bersamamu. Tapi aku selalu berusaha keras agar mata ini terbuka demi kedua adik yang harus aku jaga dan rawat hingga bisa kuat berdiri ditopangi kedua kaki mereka sendiri.
Aku harus kalahkan ego kerinduan ini untuk mereka. Terkadang pula mereka yang membantuku bernafas ketika paru-paru ku kehilangan semangat. Dan selalu aku tidak akan meninggalkan mereka dalam kesendirian yang tak tentu arah. Terkadang aku ingin beristirahat sejenak dan mencurahkan seluruh isi hati namun entah siapa yang mau mendengarkanku.
Sekarang aku sedang dalam perjalanan mewujudkan mimpimu yang ingin melihatku bercengkrama dengan gedung pencakar langit dan menjadi seseorang yang kau sebut insinyur. Aku ingat sekali kau selalu mengaitkan namaku dengan gelar itu untuk menyemangati ku pergi sekolah. Dan aku berjuang untuk itu. Tenang, Mah! Aku tidak akan kecewakan mimpimu.
Yuk kita buka papan catur lagi, Mah! Ingatkah kau saat mengajariku gerakan kuda dan ratu untuk memenggal sang raja? Biasanya kita habiskan waktu ku sepulang sekolah untuk bermain berdua. Bertaktik untuk saling mengalahkan. Lucu sekali. Indah ya, Mah. Tiada terganti hari-hari itu. Tiada yg bisa sepertimu.
Dan entahlah sekarang banyak orang yang datang dan pergi di hidupku untuk menyayangi atau sekedar menyakiti, aku tidak peduli. Terkadang mereka sesuka hati mengucapkan selamat tinggal dan lalu berharap keadaan seperti semula. Aku biasa saja. Karena memang mereka tidak tahu arti kehilangan, Mah. Aku sudah pernah merasakan bagaimana aku kehilanganmu, maka aku sebisa mungkin tidak ingin mengucapkan selamat tinggal pada sesiapapun yang singgah di hidupku.
Aku ingin sekali memelukmu dan mengucapkan terimakasih atas cinta yang kau tumbuhkan di seluk beluk nadiku. Sekarang aku hanya bisa bersujud pada Tuhan dan berharap Tuhan memberikanmu langit teduh dan tempat tidur yang nyaman disana. Mah, cinta dan rindu ini sudah tak terbendung lagi oleh samudra. Mungkin semesta yang baik ini sudi untuk menyampaikan berjuta peluk dariku teruntuk kau seorang.
Doa dan rindu ini tak pernah putus untukmu. Sampai bertemu disana. Maaf untuk semua tulisan tak berguna ini, Mah.
I love you :)
Sincerely,
Your daughter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar